KU INGIN MENULIS YANG KU INGIN (2)
" MEJA 17 "
Terakhir kau letakkan sajak itu di meja tujuh belas
Yach... Aku masih ingat betul, ketika itu tepat mentari mengufuk
disela-sela deru bercampur debu
Sajak itu sekarang lenyap...
Seperti lenyapnya namamu dinegeri antah
Masih ku-nukil kata katamu yang berapi api
dan penuh berani dalam me-lawan kezaliman...
Masih ku-hafal bagaimana jemarimu memainkan pena
menuding hidung penguasa zalim satu per satu
Masih ku-Ingat jua ketika kau diburu
dan kau sembunyi dibalik namamu kemudian...
Dahimu di-popor senapan hingga imajinasimu mengkerut
Kau tidak setuju...
Meja tujuh belas kini bisu dan sajakmu diam seribu bahasa
Namun...
Dilangit sana suaramu tercatat sebagai penyair lugas
yang lantang kobarkan perlawanan
Meja tujuh belas sepi-mu belum mati
sebab aku masih menjadi dirimu sendiri
(sajak pejuang penuh peluh)
SAJAK IBU
Ibuku mengajarkan kasih, sayang juga keadilan
Kecerdasan ibuku mampu mengubah sayur murah jadi idola
walau ibu pernah mengusirku dari rumah
namun,
ketika aku susah ibuku tetap menagis memejamkan mata
jika adik-adikku tak bisa tidur karena rasa lapar
ibuku marah besar sebab aku merenggek meminta jatah
Dalam marah ibuku berkata :
"Jika kau jadi pejabat nanti, jangan pikirkan perutmu sendiri"
sembari mengelus rambutku ibuku berkata lirih :
"Kau tidak boleh korupsi nak nanti mengotori ibu pertiwi"
Ibu bagiku adalah segala masa, meski dalam kesulitan
ibu tak lupa mengajarkan tentang Tuhan
Sang ibu itu bukan untuk diperingati tapi tempat berbakti
dan "ibu" - kata ibu,
memperingati itu budaya Yahudi yang telah menjajah akidah negeri ini
Ibu bukan sekedar di-peringati
tapi ibu untuk diteladani sebab
Ia tak pernah mati.
AKU INGIN BILANG
Andai benar dunia ini adalah hukuman bagi keturunan Adam
maka akan ku-kabarkan kalau syetan itu penebar kejahatan
tak terkecuali pejabat istana kemerdekaan
Andai betul ada kehidupan setelah kematian
maka akan aku ceriterakan pada semua penghuni bumi
bahwa sepanjang umurku dulu telah keletakkan rasa
takut di-sekujur tubuhku dan kuhabiskan hidupku
untuk melawanmu hei penguasa zalim...
Andai benar Indonesia di-huni para mafia politik
aku ingin bilang padamu kau ditunggu di pintu keadilan
dengan hakim sang penentu alam.
sadi ms > Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar