Minggu, 25 September 2011

BID'AH ? Imam Asy Syatibi "Al I'tisham"

Bid'ah dalam pandangan islam sebagaimana dijelaskan Imam Asy Syatibi dalam al I'tisham adalah "Suatu istilah atau predikat bagi sebuah cara dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalilnya) yang menyerupai seperti syari'at (ibadah) yang mana maksudnya (dengan membuat-buat sesuatu yang seperti ibadah itu) adalah untuk berlebihan dalam beribadah kepada Allah swt"

Jadi mengupas masalah bid'ah itu mempunyai beberapa  kreteria yang menyatu didalamnya, yang pertama bid'ah adalah tata cara, baik yang sifatnya sermomi, aturan-aturan dan tata cara peribadatan, kreasi ibadah, perayaan,  dan sebagainya itu sesungguhnya tida pernah ada tuntunannya (dalil) dan tidak pernah dilakukan Nabi saw. dan generasi terbaik yaitu zaman sahabat, tabi'in dan tabi' tabi'in.
Selanjudnya, sifat dari seremoni, aturan dan tatacara peribadatan, kreasi ibadah, perayaan dan sebagainya itu pasti diserupakan atau dinisbatkan sebagai syari'at padahal bukan syari'at. Maka pelaksanaanyapun pasti diserupakan syari'at atau nebeng dengan syari'at yang telah ada dan di embel-embeli dengan ayat atau hadits yang sesungguhnya subtansi dan isinya tidak berkaitan dengan perilaku bid'ah tersebut agar orang menganggapnnya sebagai ibadah yang disayri'atkan.

Ciri utama dari bid'ah itu jika tidak membuat acara seremoni, aturan-aturan atau tatacara peribadatan, kreasi ibadah, perayaan, dan sebaginya yang baru, maka pasti mengadakan tambahan disana-sini terhadap ibadah yang telah disyari'atkan. Tujuan dari para pelaku bid'ah ini untuk berlebihan dalam beribadah, mereka tidak puas dengan mencukupkan  diri terhadap apa yang telah disyari'atkan, mereka minta lebih dan lebih, karena mereka merasa  bisa melakukan lebih dari ibadah-ibadah yang telah syari'at. Itulah makanya membuat ibadah baru atau hal baru yang melebihi syari'at atau menambahi untuk memuaskan nafsu berlebihannyadalam peribadatan. Melakukan hal baru atau penambahan itu bagi mereka merasa lebih afdol, karena mereka merasa mampu berbuat lebih dalam hal beribadah walau sudah ada syari'at yang baku.

Karekter manusia seperti ini sejak zaman dulu sampai nanti kiamat akan selalu ada dan bahkan makin banyak. Itulah kenapa Nabi saw. menghentikan 3 orang yang ingin berlebihan dalam agama dengan mengancam jika tidak sesuai dengan sunah beliau maka kelak tidak akan ditolong.

"Berkata anas ra : "ada tiga orang mendatangi rumah istri Nabi saw. salah seorang dari mereka berkata : "sungguh aku akan sholat malam selamanya" yang kedua berkata : "Kalau aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka" yang ketiga berkata : "aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya"  Kemudian datanglah Rosulullah saw. seraya bertanya pada mereka : "kalian berkata  begini dan begitu. Adapun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian, dan juga paliang bertaqwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barang siapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganklu" (Bukhori)
hadits diatas menjelaskan bahwa nafsu manusia untuk berlabihan dalam ibadah sehingga membuat tatacara, aturan, atau kreasi atau tambahan-tambahan sendiri itu sudah ada sejak zaman dulu, meraka tidak puas dengan syari'at yang telah ada, mereka ingin lebih dan lebih,  mereka merasa dengan berlebihan dalam ibadah itu merupakan satu keutamaan. Namun oleh Nabi saw. hal itu justru dicela, bahkan diancam  jika tidak kembali dan mencukupkan diri terhadap syari'at yang sudah ada, maka tidak dianggap golongannya dan seluruh amalannya tertolak dan otomatis tidak akan mendapatkan safaatnya (pertolongannya)
Kenapa Nabi saw. samapai bersikap keras demikian?  Karena pada hakekatnya  para pelaku bid'ah dengan sikapnya yang berlebihan buka didasari  oleh kecintaan dan ketundukan kepada Nabinya, tetapi mereka bersikap berlebihan ini karena nafsunya yang ingin berlebihan, dan mereka menikmati kebid'ahannya. Sesungguhnya orang yang mencintai dan tunduk kepada Nabinnya adalah mereka yang mencukupkan diri dengan perentah nabinya dan menjaga sunah Nabinya dari pengurangan, penambahan, pelemahan dan pemalsuan dari syari'at yang telah ada dan baku***

Nasib Negara Kaya yang kurang gizi ?


Siapapun yang melihat peta Indonesia dari Sabang sampai Merauke terbentang sebuah kekayaan yang maha besar. Negara-negara eropapun menjadi cemburu atas kekayaan yang tiada tara. Lihatlah lautan dengan berjuta-juta ikan yang tak akan pernah habis untuk diambil sepanjang umur. Lihatlah tambang minyak yang merupakan primadona bumi pertiwi yang belum habais dikemas. Lihatlah tambang emas yang begitu memukau dilihat mata yang memberikan kekayaan luar biasa bagi penikmatnya. Sungguh semua itu berbanding terbalik dengan rakyat pribumi yang notabene memiliki kekayaan. 

Di Papua, coba kita simak baik-baik kehidupan masyarakat disana. Perutnya buncit sebab gizi tak tercukupi. Hidupnya begitu sengsara ditanah yang penuh dengan kemilau emas. Memang pemerentah kita cukup baik hati memberikan kekayaan itu pada negara lain. Freeport yang begitu besar potensinya cuma dikeruk kekayaannya oleh negara lain dan pemerentah kita cukup terima beres.
Di Cepu, coba kita simak penduduk sekitar tambang minyak yang penuh dengan kekayaan rupiah, masyarakat disana hidup miskin tak mampu tangannya mengambil keuntungan dari gemerlapnya hasil tambang yang diserahkan begitu saja pada negara lain. Sekali lagi pemerentah hanya menrima matengnya saja. 

Kapan kekayaan ini kita nikmati?
Masihkah ada jalan bagi pemerentah memotong mata rantai ekonomi global menjadi mandiri? Dan sanggupkah kita-kita dan anak cucu kita mampu hidup dinegeri sendiri.

Jangan jadi Somalia yang suka menawan dan merompak sebab kurang gizi.