Minggu, 17 November 2013

ZIARAH DARI MASA KEMASA


Dimasa awal-awal dakwah Nabi SAW pernah melarang budaya ziarah kubur karena berbagai alasan. Pertama dikhawatirkan akan mempengaruhi iman seseorang, karena pada waktu itu kondisi keimanan kaum muslim masih banyak yang labil dan terbiasa dengan tata cara musrikin Mekkah saat berziarah. namun setelah memiliki iman dan akidah yang kokoh dan tak terpengaruh lagi dengan kebiasaan orang-orang kafir Quraisy, maka Nabi SAW membolehkan bahkan menganjurkan umatnya berziarah kemakam, sebagaimana Hadist Rosul SAW yang berbunyi : "Saya pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah dan jangan kalian mengatakan hujr (kata-kata yang keji). (HR: Ahmad)

Kandungan hadist ini terdapat anjuran Rosulullah SAW untuk tujuan mengingat kematian dan mendoakan para ahlul kubur, dengan beberapa syarat seperti tidak dengan syaddur rihal (safar) tidak mengucapkan kalimat hujr (keji) seperti berdzikir dengan cara bid'ah dan berdo'a kepada penghuni kuburan serta tidak mengkhususkan waktu tertentu.

Sedangkan melakukan syaddur Rihal (mempersiapkan dengan matang untuk melakukan sebuah safar atau perjalanan) ziarah non kubur yang dianjurkan syari'at hanya ada tiga tempat yakni, Masjidil Haram - Masjidil Aqsya dan Madinah Munawarah. Sebagaimana yang disabdakan beliau SAW : "Dan tidak boleh syaddur rihal kecuali tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Al-Aqaya, dan masjidku" (HR Al-Bukhari-Muslim)

PENYIMPANGAN

Akan tetapi, seiring berjalannya jaman terjadi perbedaan pendapat diantara sebagian ulama hingga muncul perselisihan  tentang syaddur rihal kepeda selain tiga masjid, seperti ziarah kepada orang shalih yang masih hidup atau yang telah meninggal serta tempat-tempat yang memiliki keutamaan untuk bertabaruk padanya (lihat A'unul Ma'bud, karya imam Al-Haramain)

Dari perbedaan-perbedaan ini lalu muncul berbagai dalil palsu tentang disyariatkan syaddur rihal ke makam orang-orang shalih. Salah satu diantaranya hadist yang berbunyi : "Barangsiapa berziarah kepadaku dan kepada bapakku Ibrahim dalam tahun yang sama maka dia akan masuk surga" atau hadist lainya : "Barangsiapa yang berziarah kepadaku setelah matiku maka dia seolah-olah menziarahiku semasa hidupku"

Dalam kitabnya Al-La'ali Al-Mantsurah No. 156, Asy-Syaikh Al-Bani menegaskan bahwa hadist ini maudhu' dan dho'if yang tidak memiliki asal. Namun karena banyaknya orang beragama dengan perasaan (bukan dengan syariat) dan sarat dengan muatan dan tujuan tertentu, maka perilaku-perilaku seperti ini semakin berkembang dan dibudayakan hingga sekarang. Hanya saja jika sebelum era modern (sebelum tahun 90-an) ziarah hanya dilakukan oleh kalangan santri-santri tradisional namun sekarang sudah menjadi tren dengan nama wisata religi. Para pesertanyapun tidak lagi "santri-santri" melainkan masyarakat umum yang pada hakekatnya tak jelas makna dan substansi ziarah itu sendiri.

Ironisnya, beberapa kalangan yang menangkap peluang pasar yang sangat menguntungkan ini kemudian membuat berbagai penawaran agar menarik para pelaku wisata religi untuk datang. Misalnya dengan dibangunnya obyek-obyek  yang menjadi tujuan, mempermudah akses, menawarkan berbagai kemudahan serta layanan-layanan istimewa dan masih banyak lagi. Peluang pasar yang cukup menggiurkan ini juga dimanfaatkan oleh pondok-pondok untuk menawarkan program tahunan berupa wisata religi. Bahkan lebih getol dengan cara menyebar selebaran ke - masjid-masjid dengan dasar hadist diatas.

Marilah kita berpikir realistis, jangan jadikan kuburan tempat mencari berkah yang akhirnya akan terjerumus pada nuansa Syirik. Allahualam... by Furqon agency.


SEBUAH PERINGATAN

Kalau kau berorasi kemudian masa pergi
mereka bubar dan menyumbat kupingnya :
"Kau harus hati-hati" mungkin mereka muak
sebab orasimu tak bernyawa...................
Kalau massa mulai kasak-kusuk,
teriaknya lantang bak genderang perang
pikirannya melambung tak tertampung :
"Kau harus merenung suaramu telah diperabukan"
Ingat - Ingatlah!!!
Jika kata-kataku kau bungkam, mulut kau sumbat,
kepalan tangan kau balut...
Itu artinya sudah pasti hidupmu akan berkabut dan diambang maut
Keperingatkan kepadamu : 
"Jangan sekali-kali menumpahkan janji, menebar pesona dan
mengumbar wacana ditanah merdeka
S E M E N T A R A
kau tak paham arti kemerdekaan
Waspadalah
diketiak persada ini, ada jutaan tangis yang air matanya
akan membenamkan istanamu dan kuasamu
seperti jamur dimusim hujan akan membenali kerajaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar